Indonesia vs Malaysia

Hubungan panas Indonesia-Malaysia sebenarnya sudah lama ada bahkan sejak Malaysia belum berdiri menjadi sebuah negara yang merdeka. Berikut sedikit catatan sejarah hubungan Indonesia – Malaysia. (Diambil dari berbagai sumber)

 

1964 : Komando Dwikora

Konfrontasi terhadap Malaysia dimulai lewat rapat raksasa tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta. Presiden Soekarno meneriakkan doa komando. Pertama, pertinggi ketahanan revolusi. Kedua, bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah dan Serawak untuk menghancurkan Malaysia. Bunga api muncul dari rencana pembentukan negara Malaysia oleh pemerintah Inggris. Indonesia merasa, pembentukan negara baru tersebut adalah langkah imperialis untuk mengepungnya. Sebelumnya pada 27 Juli 1963, Bung Karno telah menyerukan ‘Ganyang Malaysia’.

1965 : Indonesia Keluar Dari PBB

Konfrontasi dengan Malaysia berimbas pada keberadaan Indonesia sebagai anggota PBB. Pada tanggal 1 Januari 1965, presiden Soekarno menyatakan Indonesia keluar dari PBB. Ia memprotes penerimaan Malaysia, antek kolonialisme Inggris, menjadi anggota tidak tetap dewan keamanan PBB. Konfrontasi dengan Malaysia menimbulkan korban yang cukup besar bagi pihak Indonesia. Tidak kurang sebanyak 590 orang meninggal, 222 orang lika-luka, dan 771 orang tertawan. Indonesia masuk kembali menjadi anggota PBB pada tahun 1966, pasca jatuhnya presiden Soekarno.

1966 : Normalisasi Hubungan

Konfrontasi Malaysia resmi berakhir dengan ditandatanganinya naskah normalisasi hubungan Indonesia-malaysia pada 11 Agustus 1966 di Jakarta. Naskah tersebut, kemudian dikenal dengan nama Jakarta Accord. Isi persetujuan tersebut terdiri atas empat pasal. Pertama, pemberian kesempatan kepada rakyat Sabah dan Serawak untuk secepat mungkin secara bebas dan demokratis menyatakan kembali kedudukan mereka dalam Malaysia. Kedua, janji kedua negara untuk membuka kembali hubungan diplomatik. Ketiga, persetujuan penghentian permusuhan, dan keempat persetujuan berlaku sejak tanggal penandatanganan.

1989 : Sengketa Flor De La Mar

Sengketa lain yang mengancam hubungan Indonesia-malaysia adalah klaim kepemilikan harta karun dalam bangkai kapal Portugis, Flor de la Mar. kapal ini karam pada tahun 1512 di lepas pantai Sumatera. Menurut catatan arsip kuno, kapal itu mengangkut emas dan permata. Semua barang hasil penjarahan pasukan Portugis yang menghancurkan pelabuhan Malaka tahun 1511. Persoalan muncul tahun 1989. Tahun itu Indonesia menyetujui permohonan Malaysia menyerahkan barang-barang yang terdapat dalam kapal. Karena berlarut-larut penyelesaiannya, Malaysia mengancam membawa masalah ini ke Mahkamah Internasional.

1990 : Hukuman Gantung Pelaut Indonesia

Hubungan kembali menghangat dengan peristiwa digantungnya pelaut Bugis, Basri Masse di Kepayan, kota Kinabalu, 19 Januari 1990. Basri ditangkap karena tersangkut kasus dadah atau narkotika. Sayangnya, pihak Indonesia baru mengetahui kasus tersebut lima tahun kemudian, saat Basri mengirim surat pada konsulat Indonesia pada bulan Juni 1988. Saat itu ia tengah menjalani proses kasasi di Mahkamah Agung Malaysia.

1996 : Batas Laut Selat Malaka

Belum jelasnya batas laut Indonesia-malaysia di Selat Malaka sering kali membawa petaka nelayan dari kedua negara. Tidak jarang terjadi penangkapan nelayan dengan alasan melanggar batas laut kedua negara. Selama ini Indonesia dan Malaysia baru memiliki perjanjian penentuan tapal batas laut dan tapal batas kontinen. Sementara itu, tapal batas ZEE ( zona ekonomi eksklusif) belum pernah dibicarakan. Pihak Malaysia berpendirian menyamakan batas ZEE dengan batas laut kontinen.

2000 : Klaim Kebun Kelapa Sawit

Sejak tahun 2000 rakyat Sabah, Malaysia, dilaporkan melanggar areal perbatasan sepanjang 4000 meter dan lebar 500 meterdi kampung Semunying, Kalimantan Barat, yang disulap menjadi lokasi perkebunan kelapa sawit. Kebun ini masih menyatu dengan perkebunan yang sama di wilayah Malaysia. Patok batas negara di wilayah tersebut pun ikut bergeser dan menjadi kabur.

2001 : Pencurian Ikan

Sengketa merambat dalam kasus pencurian ikan. Angkatan Laut Indonesia pada 28 juni 2001 menembak kapal pelaut Malaysia. Pihak Indonesia mengklaim TNI AL terpaksa menembak karena pelaut Malaysia itu, Heng Beng Hong, dan krunya mencoba menabrak kapal patroli di selat Malaka. Atas insiden tersebut, pemerintah Malaysia meminta agar AL Indonesia melakukan investigasi.

2001 : Penyelundupan Kayu

Pencurian dan penyelundupan kayu dari Indonesia oleh sejumlah pengusaha dan penduduk Malaysia  merupakan masalah besar yang sangat merugikan dan masih berlangsung hingga kini. Polda Kalimantan Tengah pada 2 November 2001 menahan Edy Lau, cukong kayu hasil curian. Pada 10 Desember 2004, Polda Kalimantan Timur menangkap juga dua cukong kayu asal Malaysia.

2002 : Pendeportasian TKI Ilegal

Kasus TKI ilegal menjadi salah satu problem hubungan Indonesia-Malaysia hingga kini. Penertiban dan pendeportasian TKI ilegal terkadang membawa perlakuan buruk bagi TKI. Pada 26 Maret 1998, sebanyak delapan warga Indonesia dan seorang polisi Malaysia tewas akibat kerusuhan di kamp penahanan imigran ilegal di Semwyih, Malaysia.

2002 : Sengketa Sipadan Dan Ligitan

Sengketa ini bertitik tolak dari klaim kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan yang terletak di sebelah Timur pulau Kalimantan oleh pihak Malaysia dan Indonesia. Setelah melalui serangkaian perundingan, kedua negara akhirnya sepakat mengajukan sengketa yang sudah berlangsung sejak tahun 1967 ke Mahkamah Internasional. Pada 17 Desember 2002 Mahkamah Internasional memutuskan kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia.

2003 : Imigran Aceh Di Malaysia

Penanganan imigran Aceh yang masuk Malaysia oleh pemerintah Malaysia dengan cara pendeportasian juga sempat menimbulkan gejolak dari kedua negara. Bahkan, komisi PBB, UNHCR, di Kuala Lumpur memprotes kebijakan pemerintah Malaysia yang berencana mendeportasi 250 orang dari 400 warga Aceh yang ditangkap polisi karena memasuki wilayah Malaysia secara ilegal.

2004 : Penganiayaan TKI

Malaysia-Indonesia kembali dikejutkan oleh tragedi penganiayaan yang diderita oleh Nirmala Bonat, TKW asal Kupang, NTT. Ia menjadi korban penyiksaan brutal majikan perempuannya sejak ia mulai bekerja dengan pasangan suami-istri tersebut pada bulan September 2003. Akibat penyiksaan itu, Nirmala menderita luka parah di hampir seluruh tubuhnya, termasuk wilayah dada dan punggung, yang dipenuhi bekas luka bakar dan luka siraman air panas.

2004 : Sengketa Blok Ambalat

Sengketa klaim kepemilikan pertambangan minyak tepatnya yang terletak di kawasan blok East Ambalat di Laut Sulawesi, perairang sebelah timur pulau Kalimantan adalah konflik terhangat saat ini antara Malaysia dan Indonesia. Sengketa ini semakin memanas setelah Malaysia memberikan hak konsesi minyak oleh petronas kepada perusahaan minyak shell. Malaysia mengklaim wilayah tersebut sebagai miliknya. Sedang Indonesia juga mengklaim demikian.

klaim Malaysia atas berbagai aset budaya bangsa

# Batik

# Angklung

# Lagu Rasa Sayange

# Reog ponorogo

# Kuda Lumping

# Bunga Rafflesia Arnoldi

# Keris

# Rendang Padang

# Tempe

# tari pendet

2010 : Penangkapan Pegawai Dinas Perikanan Indonesia Oleh Malaysia

penangkapan pegawai dinas perikanan oleh malaysia di laut Indonesia sendiri inilah yang memancing kemarahan bangsa indonesia. pegawai dinas perikanan yang sedang menangkap nelayan Malaysia yang sedang mencuri ikan di perairan Indonesia, malah Ditangkap oleh polisi Malaysia. Kedua belah pihak akhirnya dilepaskan, namun kemarahan bangsa indonesia tak tertahankan. Beberapa LSM mengadakan aksi unjuk rasa sambil membakar bendera Malaysia dan ingin mensweeping warga Malaysia di Jakarta. Aksi ini mendapat pernyataan yang tegas oleh pihak Malaysia. Pembicaraan masih akan dilangsungkan.